logo media balangan | MB Install this site on your device

Lansia dan Ingatan Tehir

Lansia dan Ingatan Tehir - www.mediadigitalcenter.my.id

mediabalangan.com - INGATAN LANSIA DAN TEHEIR-Dalam pendidikan kesehatan masyarakat, seorang istri mengangkat masalah tentang suaminya. Suaminya berusia 65 tahun, seorang pensiunan. Masalah utamanya adalah bahwa belakangan ini sang suami telah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali. Meski sudah dijawab, tidak akan lama untuk menanyakan hal yang sama lagi. Situasi ini membuat anggota keluarga lainnya sering kesal dengan suami.

Di sisi lain, sang suami tidak merasa terganggu dengan situasi ini karena dia tidak ingat pernah menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali. Jika anggota keluarga lain menunjukkan kemarahan karena situasi ini maka suami akan bertanya, mengapa dia marah padanya karena dia hanya menanyakan sesuatu? Sejauh ini, sang suami masih bisa menjalankan aktivitas sehari-harinya seperti biasa.

Kita sering mendengar situasi seperti ilustrasi di atas, atau bahkan mungkin salah satu keluarga kita mengalami situasi yang sama. Seseorang yang lebih sering lupa selalu dikaitkan dengan usia orang tersebut. Semakin tua seseorang, semakin bisa dimaklumi lingkungan jika orang tersebut sering lupa. Meski tidak selalu gangguan ingatan hanya karena bertambahnya usia, gangguan ingatan juga bisa didasari oleh penyakit.

Umur menunjukkan berapa lama seseorang telah menjalani kehidupan yang diukur dalam satuan waktu, biasanya dalam satuan waktu tahun. Dari berbagai literatur terdapat beberapa kategori kondisi manusia menurut kelompok umurnya. Pembagian kategori ini meliputi: fase naik, fase stabil, diikuti oleh fase turun. Secara alami, ada perubahan kondisi di setiap fase kehidupan setiap orang. Perubahan kondisi yang dimaksud meliputi tiga aspek, yaitu: biologi, psikologi dan sosial. Pada kategori ini lansia memasuki fase menurun dibandingkan dengan usia yang lebih muda.

Dalam menjalani masa hidupnya, untuk dapat bertahan hidup, setiap orang harus selalu belajar untuk memperoleh pengetahuan agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Memori merupakan salah satu hal yang penting bagi seseorang untuk dapat belajar. Dengan belajar, seseorang dapat mengetahui bagaimana merespon secara tepat pada waktu yang tepat. Kemampuan merespon sangat erat kaitannya dengan keadaan ingatan, karena di dalam ingatan tersimpan pengetahuan yang telah dipelajari di masa lalu, bagaimana menanggapi setiap peristiwa dalam hidup dan dapat dipanggil kembali sesuai kebutuhan. Keadaan memori memainkan peran penting dalam menentukan dan mempertahankan kualitas hidup seseorang.

Pemahaman lengkap tentang memori, sampai saat ini, belum sepenuhnya dipahami. Ada beberapa tahapan ingatan yang dianut secara luas, yaitu pembentukan, penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan. Pembentukannya dimulai dengan rangsangan dari dalam dan dari luar. Stimulus dari dalam, berguna untuk mempertahankan kehidupan dasar. Misalnya, mengingat tanda-tanda haus dan lapar atau yang lainnya. Rangsangan eksternal dapat berupa kejadian sehari-hari, juga dikenal sebagai memori sensorium. Memori sensorium dengan cepat hilang kecuali perhatian diberikan pada stimulus tertentu.

Perhatian adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh, memilih, dan menanggapi informasi yang dibutuhkan. Jadi meskipun banyak rangsangan yang diterima di siang hari, tidak semuanya akan diingat kecuali yang diberi perhatian. Informasi yang mendapat perhatian diteruskan ke memori kerja. Pada tahap ini informasi disimpan sementara sedangkan informasi baru masih diproses secara sadar. Kapasitas memori kerja ini terbatas. Keterbatasan kapasitas tidak hanya soal jumlah unit informasi baru yang diterima (misalnya, harus mengingat tujuh angka), tetapi juga oleh keterlibatan simultan fungsi kognitif lainnya, termasuk integrasi pemrosesan informasi baru dengan pengetahuan untuk diproses. Misalnya, soal yang rumit seperti diminta menghitung dengan hati (51:17) X (78-34).

Tentu saja masalah ini membutuhkan banyak keterlibatan fungsi kognitif lainnya secara bersamaan, dibandingkan menyelesaikannya dengan prosedur yang lebih mudah dan lebih familiar, misalnya menghitung dengan alat berupa tabel daftar perkalian. Jadi, kapasitas working memory dipengaruhi oleh seberapa banyak fungsi kognitif yang dibutuhkan dan seberapa kuat aktivitas mental yang dibutuhkan. Memori kerja ini juga berbeda satu sama lain, beberapa pandai dalam keterampilan bahasa sementara yang lain melakukan matematika. Jadi jika stimulus yang datang rumit karena memerlukan asosiasi banyak faktor kognitif dan stimulus tersebut berbeda dengan kemampuan yang ada (bahasa atau berhitung), maka sistem ini akan membutuhkan usaha yang sangat kuat untuk disimpan.

Setelah memori kerja, langkah selanjutnya adalah menyimpan informasi dalam memori deklaratif dan memori prosedural. Jika suatu saat diperlukan, informasi yang telah disimpan dapat dipanggil kembali ke memori kerja untuk digunakan.

Memori prosedural adalah memori prosedur dan keterampilan yang telah dipelajari. Keterampilan tertentu awalnya dipelajari secara sadar tetapi secara bertahap menjadi otomatis dan tidak disadari. Keterampilan meliputi: motorik, kognitif, persepsi dan perilaku. Memori sensorik juga dapat langsung menyimpan informasi ke dalam memori prosedural ini.

Memori deklaratif adalah pengetahuan eksplisit seseorang tentang fakta yang disimpan dalam memori dan diingat secara sadar. Memori ini dibagi menjadi memori semantik dan episodik. Memori semantik mengacu pada konsep dan pengetahuan tentang dunia, termasuk: kosa kata; visual dan ruang; visual dan penggunaan dan penggunaan.

Memori episodik merekam peristiwa dalam kehidupan seseorang secara berurutan, semacam otobiografi. Proses pembentukan memori pada semua lapisan usia hampir sama. Perubahan dalam proses memori terjadi secara alami seiring bertambahnya usia. Lantas, kapan disebut gangguan memori? Disebut gangguan memori, jika setelah gangguan memori diikuti dengan penurunan kemampuan aktivitas sehari-hari dibandingkan sebelum seseorang mengalami gangguan memori terjadi. Gangguan memori dapat terjadi pada setiap tahap proses pembentukan memori seperti yang dijelaskan di atas. Jadi ada berbagai macam gangguan memori. Ada gangguan memori dalam membentuk, menyimpan dan mengingat. Gangguan memori pada tahap apa pun bisa menjadi gejala penyakit tertentu.

Di sisi lain, dengan bertambahnya usia akan selalu terjadi perubahan dalam banyak sistem dalam diri seseorang, termasuk biologis, psikologis, sosial. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia biasanya ke arah penurunan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini akan mempengaruhi kapasitas formasi, penyimpanan dan recall. Kondisi ini membuat banyak proses memori lebih lambat pada lansia. Sehingga hal yang membedakan daya ingat pada lansia sehat dibandingkan dengan usia muda adalah pada lansia membutuhkan waktu lebih lama untuk proses pembentukan, penyimpanan dan pemanggilan kembali memori. Namun berbeda dengan lansia yang memiliki riwayat berbagai penyakit terutama yang tidak ditangani secara maksimal, seperti penyakit pembuluh darah, sindrom metabolik, penyakit degeneratif lainnya dan gangguan kejiwaan, mereka akan mengalami gangguan memori yang lebih parah, karena penyakit tersebut mempengaruhi banyak metabolisme otak.

Dari pengertian di atas, secara umum dapat dilihat secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses memori yaitu ada faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikontrol, misalnya: memilih makanan yang sesuai dengan usia dan menjaga kesehatan. Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan misalnya usia dan perubahan lingkungan. Terhadap faktor yang tidak terkendali ini, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membentuk pikiran realitas, misalnya: selagi masih hidup, usia pasti bertambah dan pasti akan diikuti oleh perubahan biologis, psikologis, dan sosial, yaitu realitas dan Anda harus bersyukur Anda masih memiliki tambahan usia. Perubahan lingkungan juga harus terjadi, itu juga kenyataan. Terhadap perubahan lingkungan ini, apalagi dengan banyaknya sumber informasi yang beredar, yang terpenting adalah mengontrol perhatian terhadap informasi yang beredar. Karena peredaran informasi di lingkungan ini tidak dapat diatur sesuai keinginan pribadi, lansia rentan terpapar informasi yang tidak bertanggung jawab.

Di sisi lain, juga tidak bijaksana jika karena banyaknya informasi yang tidak bertanggung jawab yang beredar, para lansia memilih untuk mengisolasi diri agar tidak terkena informasi yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu terbentuklah suatu realitas pikiran bahwa informasi memang bebas beredar, tetapi fokus perhatian dapat dicari pada informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Mengenai ilustrasi kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa ada kelemahan dalam pembentukan memori sehingga tidak ada yang disimpan untuk diingat nanti jika diperlukan. Hal ini bisa terkait dengan kemungkinan adanya gangguan atensi atau gangguan kejiwaan lainnya. Catatan dalam hal ini adalah meskipun penderitanya memiliki masalah daya ingat, mereka tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari, mereka tetap dapat mandiri, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga. Disarankan, untuk kasus seperti ini datang ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan nantinya bisa direncanakan tindak lanjut yang tepat. Jika keadaan seperti ini dianggap hanya karena faktor bertambahnya usia, maka akan berpotensi menjadi gangguan ingatan yang lebih parah.

Perkenalkan saya seorang penulis dan personal desainer

Posting Komentar

Silahkah Isi Komentar Disini